Tahsin Mushola An Nur jogja

Lokasi: Jln. Jambon, Nogotirto, Gamping, Sleman, D.I.Yogyakarta.
Tahsin Mushola An Nur jogja, mulai pada 1 Agustus 2017. Semulanya Bapak Takmir bernama Bapak Lubaid meminta untuk mengadakan “Kegiatan mengaji  Ibu-ibu di Mushola An Nur” pertama kali menghubungi yakni, tanggal 23 juli 2017. Awal mula kegiatan mengaji yaitu dengan metode menyimak, saat itu peserta yang Alquran dan Iqra digabung menjadi satu kelas.

Bertambahnya hari peserta yang ikut mengaji semakin bertambah. Kegiatan mengaji saat itu dimulai Bada sholat Maghrib, sekitar jam 18.10 wib. Durasi ngaji pecan pertama sampai bada isya, dengan bertambahnya peserta menjadi jam 19.30, pekan-pekan berikutnya jam 20.00, sampai jam 20.30 wib. Durasi jam yang semakin bertambah nampaknya, peserta yang ngaji mulai lama menunggu antrian untuk disimak.

Peserta mengaji melakukan diskusi dengan pengajar untuk kebaikan dan kelancaran mengaji, kondisi tersebut didiskusikan dengan ketua takmir. Diskusi yang diagendakan tersebut membuahkan hasil bahwa untuk kelas Alquran dan Kelas Iqra dipisah. Pemisahan tersebut menjadikan kebaikan untuk peserta mengaji yakni ibu-ibu tidak menunggu lama.

Metode mengaji saat itu yang iqra masing mengunakan metode menyimak, dan yang untuk kelas Alquran sudah menggunakan talaqqi. Bahan ajar yang digunakan untuk belajar kelas Alquran adalah Alquran Alwaqfu wal Ibtida’.
Alquran Alwaqfu wal Ibtida’ sangat membantu ibu-ibu dalam mengaji Alquran, Alquran ini dibuat perjuz jadi terdapat 30 juz atau 30 buku. Alquran Alwaqfu wal Ibtida’ diberikan garis di setiap penggalan ayat, atau garis dibawah ayat. Garis yang ada di bawah ayat tersebut berfungsi sebagai awalan dan akhir. Ibu-ibu mengaji Alquran menggunakan Alquran Alwaqfu wal Ibtida’ terasa mudah dan tidak kehabisan nafas, sehingga mengaji menjadi santai.

Standar ngaji Alquran adalah tartil, sesuai perintah Allah di dalam Alquran Surah Al Muzamil wa rattilil-qur`ana tartila yang artinya Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil. Para pengajar yang sudah berbekal ilmu tajwid mengajari ibu-ibu dengan bacaan tartil. Pengajar Diponegoro memberikan standar pengajaran dengan langkah memberikan contoh bacaan terlebih dahulu.